Categories
Uneg-uneg

Ini Bukan Akhir, Tapi Awal Sebuah Takdir

IMG_20140227_081507

Alhamdulillah, pada tanggal 27 Februari 2014 yang lalu akhirnya saya bisa mengikuti proses yudisium. Dengan demikian saya telah menyelesaikan tanggung jawab sebagai mahasiswa dan pada akhirnya bisa membuat kedua orangtua saya tersenyum lega. Melihat kembali perjuangan dari awal menulis skripsi, rasanya saya tak bisa berhenti bersyukur karena banyak hal yang bisa diambil sebagai hikmah.

Cerita ini berawal dari ketertarikan saya terhadap bidang sistem pendukung keputusan. Sekitar pertengahan tahun 2012 saya mulai mencari topik yang ingin saya ajukan sebagai judul skripsi. Saat itu, tanpa sengaja saya menemukan naskah thesis dari mahasiswa pascasarjana di ITS tentang penilaian kualitas e-learning dengan menggunakan ISO 19796-1. Setelah saya baca-baca tentang thesis tersebut, saya tertarik dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan salah satu metode dalam bidang sistem pendukung keputusan. Metode AHP ditemukan oleh Thomas L. Saaty pada sekitar tahun 1980. Saya tidak akan bercerita tentang metode AHP ini, yang jelas AHP telah menumbuhkan kembali kecintaan saya terhadap matematika. Iya, karena dalam metode AHP terdapat perhitungan matriks dan beberapa operasi matematika.

Singkat cerita saya pun memilih judul skripsi yang berkaitan dengan AHP, hingga pada tanggal 1 November 2012 Surat Keputusan pengangkatan pembimbing skripsi keluar, dengan demikian saya resmi mulai mengerjakan skripsi ini. Setelah 3 bulan berjalan saya menemui kesulitan dan mengalami kebuntuan dalam memecahkan rumus agregasi AHP. Entah kebetulan, bertepatan dengan saat itu, seorang klien saya menawarkan sebuah proyek yang menarik. Dengan maksud untuk istirahat dulu dari proses pengerjaan skripsi, saya pun mengerjakan proyek tersebut. Tak terasa sudah 3 bulan berlalu sampai akhirnya ada teman saya yang saat itu akan wisuda. Dari situ, semangat untuk kembali mengerjakan skripsi pun muncul kembali. Saya kemudian menemui dosen pembimbing. Beruntung karena dosen pembimbing saya berbaik hati dan memberikan referensi beberapa jurnal. Sekitar bulan Juni, saya mulai semangat mengerjakan skripsi sambil mengerjakan beberapa proyek yang pada waktu itu datangnya barengan. Tak hanya itu, beberapa kegiatan keluar kota juga membuat bulan-bulan itu cukup padat.

Hingga pada akhirnya datanglah waktu untuk ujian pendadaran. Tanggal 10 Desember 2013, saya melaksanakan ujian pendadaran skripsi. Di sinilah ujian yang sebenarnya datang. Dalam ujian tersebut, terdapat perbedaan pendapat yang fundamental antara saya dengan dosen penguji sampai akhirnya setelah selesai ujian, dosen pembimbing saya menawarkan solusi untuk mengganti metode dan mengulang ujian lagi. Pada waktu itu tak ada keraguan dalam diri saya karena saya yakin inilah proses yang harus ditempuh. Saya pun menyanggupi tawaran dari dosen pembimbing saya. Dalam waktu sebulan lebih sedikit, saya akhirnya bisa menyelesaikan skripsi versi 2 tersebut #halah. Saya sangat bersyukur karena punya banyak teman dan kenalan sehingga dalam proses pengambilan data banyak dibantu oleh mereka yang baik dan keren.

Tanggal 3 Februari 2014, ujian pendadaran untuk yang kedua kalinya dilaksanakan. Alhamdulillah pada kesempatan kali ini saya dapat melaluinya dengan lancar. Setelah mengurus revisi dan beberapa administrasi, akhirnya 24 hari kemudian saya bisa mengikuti proses yudisium dan lulus sebagai sarjana.

Bukan perjalanan yang mudah memang saat harus menemui kebuntuan, membagi waktu antara pekerjaan dan skripsi hingga harus menempuh ujian sampai 2 kali. Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari proses ini dan saya semakin menghargai apa itu proses. Mungkin kelulusan saya memang mundur dari target awal 4 tahun, tapi saya tidak menyesal karena saya bertanggungjawab terhadap keputusan itu dengan membiayai kuliah dan kebutuhan hidup sendiri. Di sini saya belajar apa itu mandiri dan manajemen diri.

Dan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah takdir. Saya adalah seorang pemimpi yang besar dan akan terus berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu karena saya percaya bahwa hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan mengeluh, oleh karena itu harus diisi dengan perjuangan dan peluh.

One reply on “Ini Bukan Akhir, Tapi Awal Sebuah Takdir”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *