Categories
Uneg-uneg

Perlunya Belajar Tentang Cinta dan Manajemen Rasa

file0001702152465

Akhir-akhir ini saya sering membaca berita menyedihkan tentang kelakuan remaja yang kalap karena urusan cinta. Penganiayaan sampai pembunuhan yang diawali dari perasaan sakit hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan sudah menjadi hal yang semakin biasa seperti angin lalu saja. Rasanya remaja masa kini telah mengalami pendewasaan dini dan dengan pengetahuan yang minim mereka seakan mengumbar rasa tanpa belajar bagaimana mengendalikannya. Konten dari televisi maupun media sosial seakan menjadi racun yang membutakan mata hati dan pikiran.

Lantas apa yang salah? Hmmm, menurut saya banyak, salah satunya adalah minimnya usaha untuk belajar tentang manajemen rasa dan sedikitnya pendampingan dari orang tua. Cinta merupakan perasaan yang wajar dan mulai dirasakan remaja, sayangnya ketika asmara remaja sedang membara, banyak orang tua yang seakan mengabaikannya. Minimnya komunikasi dan konsultasi antara orang tua dan anak membuat si anak mencari sendiri arti cinta. Nah, ini yang biasanya menjadi bumerang. Konsumsi konten yang tidak sesuai dengan umur seringkali membuat para remaja tak bisa menahan hawa nafsu dan perasaan yang menggebu. Tak ayal jiwa meraka tidak stabil dan ketika terjadi permasalahan dalam hubungan mereka, seringkali mereka kehilangan akal sehat dan … kalap. Saat ini entah sudah berapa nyawa yang melayang karena masalah dendam dan sakit hati yang terpendam.

Kalau sudah demikian, apa yang bisa kita lakukan? Mau tak mau, keluarga lah yang harus mulai memberikan pendidikan cinta dan manajemen rasa. Orang tua harus lebih peduli terhadap perkembangan anaknya dan mampu menjadi pendamping serta menjadi tempat konsultasi bagi anak mereka. Buanglah jauh-jauh anggapan bahwa cinta adalah sesuatu yang tabu. Berikan pengertian kepada mereka tentang apa itu cinta dan bagaimana seharusnya mereka membina rasa. Kesalahan terbesar orang tua sekarang menurut saya adalah menyerahkan pendidikan anak kepada sekolah, menganggap bahwa sekolah menjadi tempat bagi anak untuk bertumbuh kembang dan mengalami kedewasaan, kemudian melepas tanggung jawab untuk mendidik anak dengan sibuk kerja dan kerja. Padahal keadaan di sekolah saat ini yang lebih mengutamakan nilai akademik dibanding dengan penanaman moral, membuat anak menjadi pribadi yang terlalu mengutamakan kecerdasan  intelektual dan sering mengesampingkan kecerdasan emosional serta spiritual. Kemudian yang terjadi ketika mereka galau, emosi mereka menjadi tidak stabil dan orang tua tidak bisa menjadi tempat untuk curhat… ujung-ujungnya mereka mencari pelampiasan dengan cara mereka sendiri.

Mungkin saya adalah orang yang sok tau karena belum pernah ada di posisi sebagai orang tua, tapi paling tidak itulah pandangan saya tentang cinta dan manajemen rasa. Semoga remaja di Indonesia ini tidak berlarut-larut terbuai dalam indahnya cinta tapi juga belajar bagaimana menjalaninya. Waktu muda itu sayang untuk dihabiskan hanya untuk memikirkan urusan cinta, lebih baik bekerja dan berkarya #halah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *